DUNIA POLITIK INDONESIA

Rabu, 20 Mei 2009

Politik menjadi sumber cerita yang tidak ada habisnya untuk digali. Di negara-negara yang kehidupan politiknya sudah maju hal ini sudah disadari sejak lama. Sejumlah film berlatar belakang politik bahkan mampu menjadi karya-karya terbaik di berbagai belahan dunia. Sayangnya, fenomena ini belum muncul di panggung perfilman tanah air. Padahal jokes politik sangat banyak dan selalu bisa menghibur diantara hingar bingar kegiatan tersebut.



Setelah kesadaran dan apresiasi pencinta film tanah air makin meningkat film berlatar politik dalam negeri menemukan momentum untuk maju ke depan. Bersamaan dengan datangnya Pemilihan Umum Nasional 2009 tema perpolitikan tanah air rasanya tambah relevan untuk dibahas. Karena disadari atau tidak politik adalah upaya manusia untuk hidup. Kenyataan di masyarakat menjelang pesta demokrasi terbesar bangsa ini menguatkan premis tema politik dalam balutan komedi yang diharapkan mengurangi ‘ketegangan’, menghibur sekaligus memberi pencerahan.

Bersamaan dengan saat di mana rakyat Indonesia bersiap menjalankan hak pilihnya, Starvision pada 2 April 2009 meluncurkan film yang berjudul WAKIL RAKYAT. Boleh dibilang sejak kebangkitan kembali perfilman tanah air di abad 21 ini, WAKIL RAKYAT produksi Starvision merupakan film bertema politik pertama di Indonesia.

WAKIL RAKYAT berangkat dari ide yang dicetuskan oleh Chand Parwez tentang realita sehari-hari bangsa ini. Melihat sepak terjang para wakil rakyat yang datang dari beragam latar belakang dan motivasi, Chand Parwez merasakan suatu kebutuhan untuk merenungkannya secara jenaka dalam tontonan sebuah film. Sehingga apabila di areal sekitar gedung tempat wakil rakyat memperjuangkan nasib rakyat penuh dengan penjual cermin, seyogyanya film ini juga jadi ‘cermin’ bagi calon wakil rakyat maupun yang memilihnya.

Ide tersebut kemudian memperoleh bentuk yang lebih konkrit setelah dibicarakannya dengan Monty Tiwa. Naluri komedis sutradara muda tersebut mampu menghidupkan kisah seorang pemuda sederhana bernama Bagyo yang secara kebetulan terseret ke dalam hiruk pikuk panggung politik nasional.

Perjalanan hidup Bagyo, yang diperankan oleh Tora Sudiro, di dunia politik menjadi tema sentral film WAKIL RAKYAT. Dalam skenario yang ditulis bersama-sama oleh Eric Tiwa dan Monty Tiwa si tokoh utama dibuat jatuh bangun menjalani realita yang tidak pernah diinginkannya.

Politik yang Berkemanusiaan

Demikianlah pesan yang dibawa WAKIL RAKYAT produksi Starvision bekerja sama dengan Moviesta Pictures. Dalam film ini digambarkan bagaimana rencana dan strategi politik yang hebat harus mendahulukan kepentingan sesama kita yang membutuhkan bantuan.

Kisah Bagyo (Tora Sudiro) dimulai ketika ia dituduh mengacau acara rakernas sebuah partai besar pimpinan Zainuddin (Joe Project P). Karena insiden itu Bagyo harus kehilangan pekerjaannya. Musibah itu membuat rencana pernikahannya dengan Ani (Revalina S Temat) terancam batal. Apa lagi Abdul (Jaja Mihardja), ayah Ani memang tidak menyukainya. Bagyo terpaksa harus mencari cara terbaik untuk mewujudkan impiannya bersanding dengan Ani.

Di tengah kesulitan itu musibah lain yang lebih besar datang menimpa Bagyo. Uang untuk ongkos orang tuanya datang melamar ke Jakarta dicuri oleh sekawanan penjahat. Karena tidak tahan tekanan yang bertubi-tubi Bagyo jadi gelap mata. Ia pergi mencari orang-orang yang membawa kabur uangnya untuk menuntut balas.

Kebetulan para penjahat itu sedang merampok seorang artis bernama Atika (Wiwid Gunawan). Aksi itu gagal karena Bagyo tiba-tiba muncul dan langsung menghajar mereka hingga babak belur. Tanpa disengaja tindakan Bagyo membuat Atika luput dari bahaya. Kejadian itu pun berbuntut panjang.

Bagyo disanjung sebagai pahlawan. Ia dipuja-puji karena dianggap rela berkorban untuk menyelamatkan Atika yang tak berdaya. Kisah keberanian Bagyo menjadi berita besar. Namanya langsung jadi buah bibir di berbagai media nasional maupun daerah.

Ketenaran Bagyo lalu dimanfaatkan oleh sebuah partai politik papan atas untuk menggaet dukungan massa dalam pemilihan legislatif. Bagyo dirayu oleh sang ketua partai, Wibowo (Tarzan) dan asistennya Dani (Dwi Sasono) untuk bergabung demi merebut suara rakyat di daerah pemilihan yang penting. Bagyo yang terlena dengan statusnya sebagai figur publik menyambut tawaran partai tersebut dengan penuh keyakinan. Ditemani bekas anak buahnya yang bernama Jereng (Vincent Rompies) Ia pun berangkat untuk berkampanye di Wadasrejo, sebuah daerah terpencil yang rakyatnya hidup serba kekurangan.

Di sana, Bagyo yang tidak punya pengalaman politik apapun mengalami kesulitan untuk menarik perhatian. Ternyata masyarakat Wadasrejo tidak mengenal sosoknya sama sekali. Bagyo harus mencari akal untuk memperkenalkan diri dan menarik simpati warga desa terbelakang itu.

Ternyata Bagyo menemukan kenyataan lain yang lebih penting daripada nama besar dan popularitas. Masyarakat desa lebih tahu apa yang paling mereka butuhkan. Bagyo pun terjepit antara kepentingan partai atau menolong seorang wanita desa yang mengalami kesulitan saat akan melahirkan (Francine Roosenda). Bagyo yang buta politik harus memilih antara merebut perhatian rakyat banyak atau menolong seorang wanita lemah di tempat yang jauh dari keramaian. Film ini dari awal hingga akhir akan mengocok perut Anda sekaligus juga memberikan pencerahan tentang kekonyolan dan ketololan dalam dunia politik.

/p> /p>

0 komentar:

/baca /bye /ding /hore /joget
/kembik /love /marah /melet /mencak
/nangis /ngayal /puyeng /serem /stres

Posting Komentar

 
anti © 2008 Rie's Style Template Design By Herro And Cebong Ipiet
Publisher : Templatemu